Langsung ke konten utama

Buntut Tayangan Xpose Uncensored, FBR Bakal Geruduk Trans7

SUARAKAUMBETAWI | Jakarta, 16 Oktober 2025 – Tersiar kabar melalui saluran WhatsApp bahwa Forum Betawi Rempug (FBR) akan menggelar aksi damai di depan gedung Trans7, Jl. Kapten Tendean No. Kav. 12-14 A, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, pada hari Jum’at pukul 13.00 WIB.

KH Lutfi Hakim, Imam Besar FBR, membenarkan rencana aksi tersebut saat dikonfirmasi. Ia mengatakan, aksi dilakukan sebagai respons terhadap tayangan Xpose Uncensored yang dianggap merendahkan marwah ulama dan pesantren. 

Ia menjelaskan bahwasanya berbagai aksi di sejumlah daerah sebelumnya belum memberikan efek jera bagi oknum media, buzzer, dan konten kreator yang berupaya mendegradasi peran pesantren dan ketokohan ulama. 

"Tayangan Xpose Uncensored lebih parah dari konten YouTuber yang gila viewers karena tidak mengedepankan kaidah jurnalistik,” ujarnya.

Menurut Ketua MUI DKI Jakarta ini, tayangan tersebut juga telah merusak kinerja para tokoh lintas agama yang sudah bekerja keras dalam menjaga kerukunan antar umat beragama, baik di tingkat daerah maupun nasional.

Forum Betawi Rempug menuntut agar seluruh jajaran redaksi Trans7 menyampaikan permohonan maaf terbuka dan mundur dengan hormat sebagai konsekuensi menjadikan jurnalisme sebagai media provokasi dan bukan edukasi.

“Jika hari ini ulama dan pesantren diframing negatif, maka besok sasarannya adalah umat Islam secara luas. Jika tidak ada efek jera, akan muncul program-program lainnya yang serupa tapi tak sama.” kata dia.

Aksi ini direncanakan berlangsung secara tertib dan damai, dengan pengamanan dari pihak kepolisian Jakarta Selatan. Seluruh anggota dan simpatisan Forum Betawi Rempug disebut bakal hadir dan menjaga kondusivitas selama kegiatan. Tidak menutup kemungkinan bakal ada ormas lainnya. ***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENYONGSONG 24 TAHUN FBR: DARI TUDUHAN NORAK DAN PENUH ANCAMAN, MENUJU PILAR BUDAYA BETAWI

SUARKAUMBETAWI | JAKARTA,- Salam rempug, dua puluh empat tahun sudah Forum Betawi Rempug (FBR) hadir di tengah masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Sebuah perjalanan panjang bagi sebuah organisasi massa yang lahir dari semangat kebudayaan, identitas, dan solidaritas msayarakat Betawi. Meski tak luput dari kritik, kontroversi, bahkan upaya pembubaran, FBR tetap bertahan—terus tumbuh dan meluas hingga ke luar wilayah Jakarta, menyatukan masyarakat Betawi lintas batas dalam barisan kerempugan. Di saat banyak ormas dituding meniru gaya militer atau menampilkan wajah represif, FBR memilih jalur berbeda: jalur budaya dan kedaerahan. Gaya khas lokal Betawi dengan keluguan, kelugasan dan kesederhanaannya, yang sempat dicibir “norak” pada awal kemunculannya, justru menjadi ciri khas yang membedakan FBR dari organisasi lain. Gaya ini pula yang menjadikannya dekat dengan rakyat, bukan dengan kekuasaan. Tidak bisa dipungkiri, perjalanan FBR memang tidak selalu mulus. Ada masa ketika cit...

Ketum FBR Serukan Geruduk Trans7 dan Tuntut Permohonan Maaf

SUARAKAUMBETAWI | JAKARTA – Media sosial kembali diramaikan dengan tagar #BoikotTrans7, yang mendadak viral pada Selasa pagi, 14 Oktober 2025. Tagar tersebut muncul menyusul tayangan program Xpose Uncensored milik Trans7 yang dianggap menyinggung kehidupan di salah satu pondok pesantren ternama, Lirboyo di Kediri, Jawa Timur. Potongan video dari acara itu dinilai provokatif dan menuai kecaman dari warganet, khususnya kalangan santri dan alumni pesantren. Tayangan tersebut dianggap bersifat stereotip, agitatif, dan berpotensi merusak citra ulama tradisional. Ketua Umum FBR sekaligus Wakil Ketua PWNU DKI Jakarta, KH Lutfi Hakim, menyesalkan tayangan tersebut.  "Tidak hanya membahayakan citra seorang ulama tradisional, tetapi juga melecehkan kehidupan pesantren di Indonesia. Nilai-nilai Aswaja yang menekankan tazim dan adab terhadap ulama harus dihormati," ujar Lutfi Hakim dalam keterangan resminya, Selasa 14 Oktober 2025. Menurutnya, media massa memiliki tanggung j...

Premanisme Jalanan Dibasmi, Premanisme Berdasi Dibiarkan?

SUARAKAUMBETAWI | Jakarta, – Upaya aparat keamanan dalam menertibkan premanisme jalanan di berbagai sudut Jakarta mendapat apresiasi publik. Ketertiban memang bagian dari hak dasar warga negara. Pasar yang bersih dari pungli, terminal yang aman dari ancaman geng lokal, dan ruang publik yang bebas dari intimidasi adalah hal mendasar dalam kehidupan kota yang beradab. Namun, ketika aparat dengan sigap menangkap pelaku pungli di pasar, menyisir kawasan rawan, dan menertibkan lapak-lapak liar, muncul satu pertanyaan tajam dari benak masyarakat: mengapa negara terlihat begitu tegas kepada preman kecil di jalanan, namun begitu pelan—bahkan gamang—dalam menghadapi premanisme berdasi yang merampok uang negara secara sistemik? Pertanyaan ini bukan tanpa dasar. Di tengah publikasi besar-besaran mengenai razia preman jalanan, masyarakat justru melihat bayang-bayang lain yang tak kalah menyeramkan: korupsi berjamaah di balik proyek-proyek negara, kartel tambang, permainan anggaran sos...