Langsung ke konten utama

Sarasehan III Kaukus Muda Betawi: Menyongsong Terbitnya Pergub Lembaga Adat Masyarakat Betawi

SUARAKAUMBETAWI | Jakarta, - Menyambut hari jadi kota Jakarta ke 498 Tahun, Kaukus Muda Betawi mencanangkan program Sarasehan III dengan tema Menyongsong 498 Kota Jakarta dan Lembaga Adat Masyarakat Betawi.

KH. Lutfi Hakim, menjelaskan sebelumnya Sarasehan I dilaksanakan di Hotel Shangrilla tahun 2022 dan Sarasehan II di Pondok Pesantren Al Hamid Cilangkap Jakarta Timur. Sebagai Penasehat dari Kaukus Muda Betawi, Kyai Lutfi mengatakan bahwa program kali ini memiliki kontinyuitas dari program-program sebelumnya yang diharapkan dapat memperkuat posisi Lembaga Adat Masyarakat Betawi  untuk  menjadi bagian dari kebutuhan Jakarta menjadi Kota Global yang Berbudaya. 

Gelaran yang akan dilaksanakan di Hotel Mercure Ancol 2 Juni 2025 ini akan menghadirkan Gubernur dan Wakil Gubernur serta Ketua DPRD  Jakarta. Sengaja kami mengundang ketiganya sebagai bentuk komitmen hadirnya kelembagaan Adat Betawi yang diatur berdasarkan regulasi daerah. Selain jajaran Pemprov, Kyai Lutfi menambahkan, akan mengundang tokoh-tokoh Betawi, Profesor-Profesor Betawi dan perwakilan Ormas Betawi. 

Selaku Ketua Umum Forum Betawi Rempug (FBR), Kyai Lutfi Hakim juga menegaskan keabsahan Regulasi Daerah untuk Lembaga Adat Masyarakat Betawi akan diuji dengan mengundang nara sumber dari kalangan akademisi untuk mendapatkan masukan dari berbagai perspektif, di Hari jadi kota Jakarta ke 498, baik regulasi maupun Pimpinan Adat sudah terbentuk. 

“Itulah yang menjadi dasar kami menggusung tema dalam rangka Menyongsong 498 Tahun Kota Jakarta dan Lembaga Adat Masyarakat Betawi,” jelasnya.

Selain yang terkait dengan Lembaga Adat, Sarasehan III juga akan mencari masukan berkaitan dengan keinginan melakukan Refisi Perda 4/2015 tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi. 

Di tempat terpisah,  Pembina Kaukus Muda Betawi, Beky Mardani selaras dengan Kyai Lutfi Hakim, mengatakan Sarasehan III ini  akan menjadi forum silaturahmi dan tukar gagasan untuk pemajuan kebudayaan Betawi apalagi Pemprov juga menggagas Jakarta Kota Global dan Berbudaya di 498 tahun kota Jakarta. 

Selaku Ketua Umum Lembaga Kebudayaan Betawi, Beky menambahkan perlunya keterlibatan dan partisipasi berbagai pihak dalam rangka refisi Perda 4/2015 sangat diperlukan dalam rangka perlindungan, pemanfaatan, pengembangan dan pembinaan dalam pemajuan budaya Betawi.

Oleh karena itu, Beky berharap terbentuknya satu orientasi dan perpsektif yang sama dari komponen Betawi sebagai bentuk komitmen kebetawian untuk menjaga budayanya apalagi dua tahun ke depan Jakarta genap di usianya yang ke 5 abad.

“Komitmen mewujudkan cita-cita bersama yang dibutuhkan untuk mendorong percepatan Revisi Perda No.4 Tahun 2015. Bukan kepentingan bersama,” pungkasnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENYONGSONG 24 TAHUN FBR: DARI TUDUHAN NORAK DAN PENUH ANCAMAN, MENUJU PILAR BUDAYA BETAWI

SUARKAUMBETAWI | JAKARTA,- Salam rempug, dua puluh empat tahun sudah Forum Betawi Rempug (FBR) hadir di tengah masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Sebuah perjalanan panjang bagi sebuah organisasi massa yang lahir dari semangat kebudayaan, identitas, dan solidaritas msayarakat Betawi. Meski tak luput dari kritik, kontroversi, bahkan upaya pembubaran, FBR tetap bertahan—terus tumbuh dan meluas hingga ke luar wilayah Jakarta, menyatukan masyarakat Betawi lintas batas dalam barisan kerempugan. Di saat banyak ormas dituding meniru gaya militer atau menampilkan wajah represif, FBR memilih jalur berbeda: jalur budaya dan kedaerahan. Gaya khas lokal Betawi dengan keluguan, kelugasan dan kesederhanaannya, yang sempat dicibir “norak” pada awal kemunculannya, justru menjadi ciri khas yang membedakan FBR dari organisasi lain. Gaya ini pula yang menjadikannya dekat dengan rakyat, bukan dengan kekuasaan. Tidak bisa dipungkiri, perjalanan FBR memang tidak selalu mulus. Ada masa ketika cit...

Ketum FBR Serukan Geruduk Trans7 dan Tuntut Permohonan Maaf

SUARAKAUMBETAWI | JAKARTA – Media sosial kembali diramaikan dengan tagar #BoikotTrans7, yang mendadak viral pada Selasa pagi, 14 Oktober 2025. Tagar tersebut muncul menyusul tayangan program Xpose Uncensored milik Trans7 yang dianggap menyinggung kehidupan di salah satu pondok pesantren ternama, Lirboyo di Kediri, Jawa Timur. Potongan video dari acara itu dinilai provokatif dan menuai kecaman dari warganet, khususnya kalangan santri dan alumni pesantren. Tayangan tersebut dianggap bersifat stereotip, agitatif, dan berpotensi merusak citra ulama tradisional. Ketua Umum FBR sekaligus Wakil Ketua PWNU DKI Jakarta, KH Lutfi Hakim, menyesalkan tayangan tersebut.  "Tidak hanya membahayakan citra seorang ulama tradisional, tetapi juga melecehkan kehidupan pesantren di Indonesia. Nilai-nilai Aswaja yang menekankan tazim dan adab terhadap ulama harus dihormati," ujar Lutfi Hakim dalam keterangan resminya, Selasa 14 Oktober 2025. Menurutnya, media massa memiliki tanggung j...

Premanisme Jalanan Dibasmi, Premanisme Berdasi Dibiarkan?

SUARAKAUMBETAWI | Jakarta, – Upaya aparat keamanan dalam menertibkan premanisme jalanan di berbagai sudut Jakarta mendapat apresiasi publik. Ketertiban memang bagian dari hak dasar warga negara. Pasar yang bersih dari pungli, terminal yang aman dari ancaman geng lokal, dan ruang publik yang bebas dari intimidasi adalah hal mendasar dalam kehidupan kota yang beradab. Namun, ketika aparat dengan sigap menangkap pelaku pungli di pasar, menyisir kawasan rawan, dan menertibkan lapak-lapak liar, muncul satu pertanyaan tajam dari benak masyarakat: mengapa negara terlihat begitu tegas kepada preman kecil di jalanan, namun begitu pelan—bahkan gamang—dalam menghadapi premanisme berdasi yang merampok uang negara secara sistemik? Pertanyaan ini bukan tanpa dasar. Di tengah publikasi besar-besaran mengenai razia preman jalanan, masyarakat justru melihat bayang-bayang lain yang tak kalah menyeramkan: korupsi berjamaah di balik proyek-proyek negara, kartel tambang, permainan anggaran sos...