Langsung ke konten utama

Saatnya Warga Jakarta Mengurangi Penggunaan Kendaraan Pribadi

SUARAKAUMBETAWI | Jakarta,- Gubernur DKI Jakarta, Pramono menunjukkan komitmen kuat dalam mendorong penggunaan transportasi umum di ibu kota.

Bukan sekadar himbauan atau kampanye, langkah konkret pun diambil, salah satunya dengan mewajibkan Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk menggunakan transportasi umum setiap hari Rabu.

Langkah ini bukan hanya simbolis. Jelang pelantikan pejabat eselon II beberapa waktu lalu, Pramono bahkan berseloroh bahwa yang tidak datang menggunakan transportasi umum tidak akan dilantik.

Ternyata, ucapan itu bukan guyonan belaka. Pada hari pelantikan, pemandangan tak biasa muncul di jalanan ibu kota.

Para pejabat eselon II, termasuk para kepala dinas dan wali kota administratif, benar-benar menaiki moda transportasi umum. Mulai dari MRT, Transjakarta, hingga KRL, kehadiran mereka menjadi sorotan publik dan perbincangan hangat di media sosial.

Tidak hanya mengajak, Gubernur Pramono juga membuat kebijakan konkret lainnya, seperti penggratisan layanan Transjakarta bagi 15 golongan masyarakat.

Di antaranya adalah lansia, pelajar, penyandang disabilitas, veteran, dan pekerja dengan kategori tertentu. Kebijakan ini bertujuan agar transportasi umum dapat diakses dengan mudah oleh semua kalangan, tanpa beban biaya, dan sekaligus mendorong lebih banyak warga untuk beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi publik.

Penggunaan transportasi umum memang bukan sekadar gaya hidup, tapi kebutuhan bersama demi masa depan kota yang lebih baik.

Sebuah studi dari American Public Transportation Association (APTA) pada tahun 2000 menyebutkan bahwa setiap dolar yang diinvestasikan dalam transportasi umum dapat menghasilkan empat dolar kembali dalam bentuk pertumbuhan ekonomi lokal.

Studi yang sama juga menyatakan bahwa sistem transportasi publik yang baik secara signifikan mengurangi kemacetan dan emisi karbon.

Sayangnya, hingga kini, kesadaran masyarakat Jakarta dalam menggunakan transportasi umum belum mencapai angka ideal.

Dibandingkan negara tetangga yang sudah melampaui 80 persen partisipasi warganya, Jakarta masih tertinggal.

Namun, langkah Gubernur Pramono patut diapresiasi. Ketika pemimpin memberikan contoh langsung, pesan itu lebih kuat daripada seribu spanduk kampanye.

Kini, publik berharap hal serupa juga dilakukan oleh pihak legislatif. Bayangkan saja, betapa membumi dan menginspirasi jika para wakil rakyat duduk bersebelahan dengan warga di bus atau kereta, berdialog ringan tentang masalah kota langsung dari lapangan, bukan hanya dari ruang sidang.

Jika eksekutif dan legislatif sudah berkomitmen naik kendaraan umum, maka pertanyaannya sekarang: kita, warga Jakarta, kapan akan memulai?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENYONGSONG 24 TAHUN FBR: DARI TUDUHAN NORAK DAN PENUH ANCAMAN, MENUJU PILAR BUDAYA BETAWI

SUARKAUMBETAWI | JAKARTA,- Salam rempug, dua puluh empat tahun sudah Forum Betawi Rempug (FBR) hadir di tengah masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Sebuah perjalanan panjang bagi sebuah organisasi massa yang lahir dari semangat kebudayaan, identitas, dan solidaritas msayarakat Betawi. Meski tak luput dari kritik, kontroversi, bahkan upaya pembubaran, FBR tetap bertahan—terus tumbuh dan meluas hingga ke luar wilayah Jakarta, menyatukan masyarakat Betawi lintas batas dalam barisan kerempugan. Di saat banyak ormas dituding meniru gaya militer atau menampilkan wajah represif, FBR memilih jalur berbeda: jalur budaya dan kedaerahan. Gaya khas lokal Betawi dengan keluguan, kelugasan dan kesederhanaannya, yang sempat dicibir “norak” pada awal kemunculannya, justru menjadi ciri khas yang membedakan FBR dari organisasi lain. Gaya ini pula yang menjadikannya dekat dengan rakyat, bukan dengan kekuasaan. Tidak bisa dipungkiri, perjalanan FBR memang tidak selalu mulus. Ada masa ketika cit...

KH Lutfi Hakim Menyambut Baik Pembangunan Tugu Golok Cakung

SUARAKAUMBETAWI | Jakarta, - Golok Cakung berdasarkan SK Gubernur Nomor 91 Tahun 2022 telah ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk melestarikan dan mengenalkannya kepada masyarakat, Dinas Kebudayaan Propinsi DKI Jakarta pada Tahun Anggaran 2024 berencana membangun Tugu Golok Cakung yang berlokasi di Jalan Raya Hamengkubuwono IX (dahulu Jalan Raya Bekasi) RT 002/02 Kelurahan Cakung Barat Kecamatan Cakung Jakarta Timur. Lokasi tersebut merupakan hasil rapat pada hari Senin (19/8) di kantor Kecamatan Cakung yang dipimpin oleh Camat Cakung. Turut hadir dalam rapat itu, utusan dari Dinas Kebudayaan Propinsi DKI Jakarta, Sudin Kebudayaan Kotamadya Jakarta Timur, Ketua Umum Forum Betawi Rempug (FBR), Ketua Forkabi Jakarta Timur, Ketua Gardu FBR setempat dan beberapa tokoh Betawi kampung Cakung selaku pemilik, pecinta dan simpatisan golok Cakung. Menurut Kyai Lutfi Hakim, pemilihan lokasi tugu tersebut tidak bisa dilepaskan dari aspek sejarah,...

Premanisme Jalanan Dibasmi, Premanisme Berdasi Dibiarkan?

SUARAKAUMBETAWI | Jakarta, – Upaya aparat keamanan dalam menertibkan premanisme jalanan di berbagai sudut Jakarta mendapat apresiasi publik. Ketertiban memang bagian dari hak dasar warga negara. Pasar yang bersih dari pungli, terminal yang aman dari ancaman geng lokal, dan ruang publik yang bebas dari intimidasi adalah hal mendasar dalam kehidupan kota yang beradab. Namun, ketika aparat dengan sigap menangkap pelaku pungli di pasar, menyisir kawasan rawan, dan menertibkan lapak-lapak liar, muncul satu pertanyaan tajam dari benak masyarakat: mengapa negara terlihat begitu tegas kepada preman kecil di jalanan, namun begitu pelan—bahkan gamang—dalam menghadapi premanisme berdasi yang merampok uang negara secara sistemik? Pertanyaan ini bukan tanpa dasar. Di tengah publikasi besar-besaran mengenai razia preman jalanan, masyarakat justru melihat bayang-bayang lain yang tak kalah menyeramkan: korupsi berjamaah di balik proyek-proyek negara, kartel tambang, permainan anggaran sos...