Langsung ke konten utama

Penyerahan Naskah Akademik dan Draft Lembaga Adat Masyarakat Betawi kepada Mas Pram dan Bang Doel

SUARAKAUMBETAWI | Jakarta, - Pasangan calon gubernur (cagub) nomor urut 3 Pramono Anung dan calon wakil gubernur (cawagub) Rano Karno untuk Pilkada Jakarta 2024 disematkan rante kuku macan oleh ketua umum ormas Besar Forum Betawi Rempug (FBR) saat acara deklarasi dukungan FBR untuk pasangan tersebut. 

Penyematan rante kuku macan itu disebut sebagai pelengkap busana adat Betawi baju sadariah, dan merupakan lambang kegagahan untuk seorang Abang Betawi atau seorang pria. Selain itu Lutfi Hakim juga menyebut jika pasangan nomor urut 3 ini sempat mendapatkan kritik pada kesempatan lainnya ketika mengenakan baju sadariah.

"Jika kemarin sempat dikritik baju sadariah-nya kurang lengkap, sekarang di sini kita perbaiki, pakai ujung serong itu kudu pake kuku macan. Inshaa Allah jadi gubernur. Dan mudah-mudahan bisa kita memperbaiki Jakarta bersama-sama," ujar Lutfi Hakim kata Lutfi saat acara Deklarasi FBR di Permata Hijau, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Minggu (13/10/2024).

Pada kesempatan ini Alumni Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah itu juga menitipkan naskah akademik dan draft Raperda pembentukan Lembaga Adat Masyarakat Betawi yang diharapkan bisa terealisasi menjadi peraturan daerah (perda) jika keduanya berhasil menjadi gubernur dan wakil gubernur terpilih.

Sementara itu, Pramono Anung mengaku merasakan energi yang luar biasa atas dukungan yang diberikan FBR. Sehingga ia merasa amat yakin akan memenangkan konstestasi pilkada Jakarta tahun 2024 ini. Ia juga mengatakan jika terpilih akan menindaklanjuti amanah dari masyarakat Betawi dan menjadikan FBR sebagai mitra atau partner strategis dalam mengambil kebijakan yang menyakut Betawi.

"Bukan hanya urusan Betawi. Kita minta masukan saran, karena kami tahu dan sadar, saya keliling saya mendapatkan banyak masukan yang kecil-kecil sampai yang besar, soal KJP, Lansia dan lain sebagainya dan mayoritas mereka adalah warga Betawi, tentunya saya juga akan menjadi pemimpin untuk semua," kata Pramono.

Di tempat yang sama, nampak calon gubernur Rano Karno meneteskan air mata sambil memegang naskah akademik lembaga adat Betawi. Dikatakan pria yang akrab disapa Bang Doel itu, amanah ini akan ia bawa dan wujudkan. Sebab kata dia, hal tersebut lebih penting dari sekedar jabatan hingga ia pun kilas balik kala berdiskusi dengan almarhum Benyamin Sueb di masa lampau mengenai pentingnya lembaga adat.

"Ini yang lebih penting dari sekedar jabatan, ini yang diomongin babeh Sabeni, Almarhum Benyamin Sueb bicara pengen kita punya adat di kampung sendiri," ucap Rano.

Dengan nada haru, ia melanjutkan orasinya jika ini adalah saatnya kaum Betawi bangkit kembali ke tengah dengan adat dan budayanya, membanggakan orang tua atau para sesepuh Betawi.

"Gambang Kromong udah gada yang nanggap, tanjidor yang maen tua-tua, ondel-ondel jadi maenan. Sekarang saatnya kita buat bangga orang tua kita, sekarang kita juga lagi sekolah lagi belajar,belajar menghargai orang tua kita, sehingga tidak ada pilihan lain, selain menang," tegas Rano Karno mengakhiri. ***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENYONGSONG 24 TAHUN FBR: DARI TUDUHAN NORAK DAN PENUH ANCAMAN, MENUJU PILAR BUDAYA BETAWI

SUARKAUMBETAWI | JAKARTA,- Salam rempug, dua puluh empat tahun sudah Forum Betawi Rempug (FBR) hadir di tengah masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Sebuah perjalanan panjang bagi sebuah organisasi massa yang lahir dari semangat kebudayaan, identitas, dan solidaritas msayarakat Betawi. Meski tak luput dari kritik, kontroversi, bahkan upaya pembubaran, FBR tetap bertahan—terus tumbuh dan meluas hingga ke luar wilayah Jakarta, menyatukan masyarakat Betawi lintas batas dalam barisan kerempugan. Di saat banyak ormas dituding meniru gaya militer atau menampilkan wajah represif, FBR memilih jalur berbeda: jalur budaya dan kedaerahan. Gaya khas lokal Betawi dengan keluguan, kelugasan dan kesederhanaannya, yang sempat dicibir “norak” pada awal kemunculannya, justru menjadi ciri khas yang membedakan FBR dari organisasi lain. Gaya ini pula yang menjadikannya dekat dengan rakyat, bukan dengan kekuasaan. Tidak bisa dipungkiri, perjalanan FBR memang tidak selalu mulus. Ada masa ketika cit...

KH Lutfi Hakim Menyambut Baik Pembangunan Tugu Golok Cakung

SUARAKAUMBETAWI | Jakarta, - Golok Cakung berdasarkan SK Gubernur Nomor 91 Tahun 2022 telah ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk melestarikan dan mengenalkannya kepada masyarakat, Dinas Kebudayaan Propinsi DKI Jakarta pada Tahun Anggaran 2024 berencana membangun Tugu Golok Cakung yang berlokasi di Jalan Raya Hamengkubuwono IX (dahulu Jalan Raya Bekasi) RT 002/02 Kelurahan Cakung Barat Kecamatan Cakung Jakarta Timur. Lokasi tersebut merupakan hasil rapat pada hari Senin (19/8) di kantor Kecamatan Cakung yang dipimpin oleh Camat Cakung. Turut hadir dalam rapat itu, utusan dari Dinas Kebudayaan Propinsi DKI Jakarta, Sudin Kebudayaan Kotamadya Jakarta Timur, Ketua Umum Forum Betawi Rempug (FBR), Ketua Forkabi Jakarta Timur, Ketua Gardu FBR setempat dan beberapa tokoh Betawi kampung Cakung selaku pemilik, pecinta dan simpatisan golok Cakung. Menurut Kyai Lutfi Hakim, pemilihan lokasi tugu tersebut tidak bisa dilepaskan dari aspek sejarah,...

Premanisme Jalanan Dibasmi, Premanisme Berdasi Dibiarkan?

SUARAKAUMBETAWI | Jakarta, – Upaya aparat keamanan dalam menertibkan premanisme jalanan di berbagai sudut Jakarta mendapat apresiasi publik. Ketertiban memang bagian dari hak dasar warga negara. Pasar yang bersih dari pungli, terminal yang aman dari ancaman geng lokal, dan ruang publik yang bebas dari intimidasi adalah hal mendasar dalam kehidupan kota yang beradab. Namun, ketika aparat dengan sigap menangkap pelaku pungli di pasar, menyisir kawasan rawan, dan menertibkan lapak-lapak liar, muncul satu pertanyaan tajam dari benak masyarakat: mengapa negara terlihat begitu tegas kepada preman kecil di jalanan, namun begitu pelan—bahkan gamang—dalam menghadapi premanisme berdasi yang merampok uang negara secara sistemik? Pertanyaan ini bukan tanpa dasar. Di tengah publikasi besar-besaran mengenai razia preman jalanan, masyarakat justru melihat bayang-bayang lain yang tak kalah menyeramkan: korupsi berjamaah di balik proyek-proyek negara, kartel tambang, permainan anggaran sos...