Langsung ke konten utama

FBR Umumkan Keluar dari Bamus Betawi 1982

SUARAKAUMBETAWI | Jakarta, -Sehubungan dengan dinamika perkembangan Jakarta yang terus berubah, serta dengan disepakatinya Fauzi Bowo sebagai Ketua Dewan Adat Kaum Betawi, Forum Betawi Rempug (FBR) mengumumkan keputusan penting yang akan mempengaruhi arah kebetawian di ibu kota. 

Dalam sebuah pernyataan resmi yang disampaikan oleh Ketua Umum FBR, KH. Lutfi Hakim, organisasi ini memutuskan untuk keluar dari Badan Musyawarah Suku Betawi (Bamus Betawi) 1982.

Menurut Lutfi Hakim, keputusan itu diambil dengan tujuan untuk menjaga kerempugan, keutuhan, kebersamaan, serta kekompakan dalam menjaga persatuan dan kesatuan Kaum Betawi. 

"Kami, segenap Keluarga Besar Forum Betawi Rempug (FBR), menyatakan keluar dari ormas pendukung Bamus Betawi 1982," kata Lutfi yang langsung membacakan pernyataan didampingi beberapa pengurus wilayah FBR. 

"Langkah ini kami ambil sebagai bentuk komitmen terhadap kebersamaan dan kesatuan Kaum Betawi," imbuhnya. 

Dalam surat tersebut, FBR juga menegaskan bahwa segala kebijakan yang diambil oleh Bamus Betawi 1982 tidak lagi berhubungan dengan Forum Betawi Rempug. 

"Kami tidak terlibat dalam kebijakan apapun yang diambil oleh Bamus Betawi 1982," tegas Lutfi.

Menurutnya, kedepan FBR akan mengikuti arahan dari Fauzi Bowo sebagai Ketua Dewan Adat Kaum Betawi terkait masalah kebetawian di Jakarta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENYONGSONG 24 TAHUN FBR: DARI TUDUHAN NORAK DAN PENUH ANCAMAN, MENUJU PILAR BUDAYA BETAWI

SUARKAUMBETAWI | JAKARTA,- Salam rempug, dua puluh empat tahun sudah Forum Betawi Rempug (FBR) hadir di tengah masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Sebuah perjalanan panjang bagi sebuah organisasi massa yang lahir dari semangat kebudayaan, identitas, dan solidaritas msayarakat Betawi. Meski tak luput dari kritik, kontroversi, bahkan upaya pembubaran, FBR tetap bertahan—terus tumbuh dan meluas hingga ke luar wilayah Jakarta, menyatukan masyarakat Betawi lintas batas dalam barisan kerempugan. Di saat banyak ormas dituding meniru gaya militer atau menampilkan wajah represif, FBR memilih jalur berbeda: jalur budaya dan kedaerahan. Gaya khas lokal Betawi dengan keluguan, kelugasan dan kesederhanaannya, yang sempat dicibir “norak” pada awal kemunculannya, justru menjadi ciri khas yang membedakan FBR dari organisasi lain. Gaya ini pula yang menjadikannya dekat dengan rakyat, bukan dengan kekuasaan. Tidak bisa dipungkiri, perjalanan FBR memang tidak selalu mulus. Ada masa ketika cit...

Premanisme Jalanan Dibasmi, Premanisme Berdasi Dibiarkan?

SUARAKAUMBETAWI | Jakarta, – Upaya aparat keamanan dalam menertibkan premanisme jalanan di berbagai sudut Jakarta mendapat apresiasi publik. Ketertiban memang bagian dari hak dasar warga negara. Pasar yang bersih dari pungli, terminal yang aman dari ancaman geng lokal, dan ruang publik yang bebas dari intimidasi adalah hal mendasar dalam kehidupan kota yang beradab. Namun, ketika aparat dengan sigap menangkap pelaku pungli di pasar, menyisir kawasan rawan, dan menertibkan lapak-lapak liar, muncul satu pertanyaan tajam dari benak masyarakat: mengapa negara terlihat begitu tegas kepada preman kecil di jalanan, namun begitu pelan—bahkan gamang—dalam menghadapi premanisme berdasi yang merampok uang negara secara sistemik? Pertanyaan ini bukan tanpa dasar. Di tengah publikasi besar-besaran mengenai razia preman jalanan, masyarakat justru melihat bayang-bayang lain yang tak kalah menyeramkan: korupsi berjamaah di balik proyek-proyek negara, kartel tambang, permainan anggaran sos...

Komisioner BAZNAS (BAZIS) DKI Difasilitasi Mobil Mewah Pakai Dana Umat

SUARAKAUMBETAWI | Jakarta, - Imam Besar Forum Betawi Rempug (FBR) Kyai Lutfi Hakim turut angkat bicara terkait komisioner BAZNAS (BAZIS) DKI Jakarta diguyur Innova Zenix. “Seharusnya, dana atau cuan pembelian 5 unit Innova Zenix itu dikembalikan ke umat. Karena itu bersumber dari dana umat Islam,” ujar Kyai Lutfi Hakim yang merupakan Imam Besar FBR ini, Kamis (17/7/2025). Dijelaskannya, tidak ada aturan ataupun hak bagi para Komisioner BAZNAS (BAZIS) DKI Jakarta untuk mempergunakan dana umat untuk mendapatkan fasiltas wah, apalagi kepentingan pribadi. “Mestinya dibelikan untuk yang bermanfaat bagi umat, misalnya membeli ambulance, membiayai fasilitas kesehatan atau pendidikan dan lain - lain, tidak untuk fasilitas komisioner,” tegasnya. Dikabarkan, lima komisioner BAZNAS (BAZIS) DKI Jakarta sedang dilanda isu tidak sedap, yakni dugaan skandal gratifikasi berupa lima unit Toyota Innova Zenix. Hal ini pun menjadi perbincangan hangat publik, tokoh, aktivis dan penggiat Ibu Ko...