Langsung ke konten utama

Aura Macan, Sebuah Karisma Warisan Dari Leluhur

Oleh: Ki Ageng Sambung Bhadra Nusantara (Tokoh Spiritual)

SUARAKAUMBETAWI | Jakarta, - Sosok sederhana bernama KH Lutfi Hakim, seorang tokoh Betawi asli yang berasal dari Cakung, Jakarta Timur. Ia dikenal bukan hanya sebagai pemimpin salah satu ormas besar di Jakarta, tetapi juga sebagai pribadi yang rendah hati, santun, dan penuh kepedulian terhadap sesama. Dalam kesehariannya, KH Lutfi Hakim tidak pernah meninggalkan nilai-nilai keikhlasan dan ketulusan, sehingga membuatnya dekat dengan masyarakat dari berbagai kalangan.

Kepribadiannya yang tegas namun penuh kelembutan menjadikan dirinya sosok panutan yang dihormati. Tidak heran jika banyak yang mengatakan bahwa beliau memiliki aura macan, sebuah warisan kharisma dari leluhur Betawi yang gagah berani. Aura ini bukan sekadar simbol keberanian, tetapi juga melambangkan keteguhan hati dalam menjaga marwah, kebenaran, dan kehormatan.

Sosok macan putih seolah menjadi perwujudan energi leluhur yang selalu menyertainya, menegaskan bahwa dalam dirinya mengalir kekuatan, keberanian, sekaligus kasih sayang. Ia hadir tidak untuk menakuti, melainkan untuk melindungi, membimbing, dan membawa kesejukan bagi lingkungan sekitarnya.

KH Lutfi Hakim adalah contoh nyata bagaimana seorang pemimpin sejati bukan hanya dihormati karena jabatannya, tetapi karena sikap hidupnya yang penuh welas asih, membumi, dan selalu mengutamakan kepentingan umat di atas kepentingan pribadi. Sosok yang sederhana namun menyimpan karisma besar, layaknya macan yang gagah tetapi setia menjaga hutan tempat ia berpijak.

Kehidupannya yang sederhana adalah cerminan dari ajaran leluhur yang selalu menekankan keseimbangan antara dunia dan akhirat. Ia meyakini bahwa kekuatan sejati seorang manusia bukan terletak pada harta maupun jabatan, melainkan pada ketulusan hati, kejujuran, dan keberanian untuk berdiri di atas kebenaran.

Dalam perjalanan spiritualnya, KH Lutfi Hakim diyakini mewarisi “aura macan” dari leluhur Betawi. Aura itu bukan sekadar simbol kekuatan lahiriah, tetapi pancaran energi batin yang memberi keberanian, kewibawaan, dan perlindungan. Macan dalam dirinya adalah lambang penjaga umat, penjaga adat Betawi, penjaga nilai luhur Islam, sekaligus penjaga kehormatan masyarakat Betawi. Namun, yang membedakan beliau dengan sosok pemimpin biasa adalah bahwa kekuatan tersebut selalu dibalut dengan kasih sayang dan kelembutan.

Putih melambangkan kesucian niat, kebersihan hati, dan kemurnian pengabdian. Seperti seekor macan yang setia menjaga hutan, KH Lutfi Hakim menjaga marwah bangsanya, adatnya, menegakkan kebenaran tanpa pamrih, dan memberikan rasa aman bagi siapa pun yang berada dalam lingkup pengabdiannya.

Dalam setiap langkahnya, beliau meyakini bahwa hidup adalah amanah. Amanah untuk menyebarkan kebaikan, mendamaikan perbedaan, serta menjadi jalan bagi orang lain untuk semakin dekat kepada Allah SWT. Inilah yang membuatnya menjadi sosok tokoh inspiratif, bukan karena apa yang ia miliki, melainkan karena apa yang ia berikan. Ia mengajarkan bahwa kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan pada genggaman tangan yang keras, melainkan pada hati yang lembut, doa yang tulus, dan jiwa yang selalu terhubung dengan Sang Pencipta.

KH Lutfi Hakim adalah cermin nyata dari pepatah lama: “Pemimpin sejati bukan yang ditakuti, melainkan yang dirindukan kehadirannya.”


*Pantun :*

Jalan-jalan ke Tanah Abang,
Beli kain buat selendang.
KH Lutfi hati’nya tenang,
Bimbing umat dengan kasih sayang.

Naik delman ke Setiabudi,
Lewat Cikini mampir ke warung.
Pemimpin sejati bukan buat gagah diri,
Tapi ngajak umat ke jalan lurus nan agung.

Ke pasar Senen beli ketupat,
Jangan lupa sambil beli Pisang.
KH Lutfi pemimpin bermartabat,
Aura macan, hatinya penuh kasih sayang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENYONGSONG 24 TAHUN FBR: DARI TUDUHAN NORAK DAN PENUH ANCAMAN, MENUJU PILAR BUDAYA BETAWI

SUARKAUMBETAWI | JAKARTA,- Salam rempug, dua puluh empat tahun sudah Forum Betawi Rempug (FBR) hadir di tengah masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Sebuah perjalanan panjang bagi sebuah organisasi massa yang lahir dari semangat kebudayaan, identitas, dan solidaritas msayarakat Betawi. Meski tak luput dari kritik, kontroversi, bahkan upaya pembubaran, FBR tetap bertahan—terus tumbuh dan meluas hingga ke luar wilayah Jakarta, menyatukan masyarakat Betawi lintas batas dalam barisan kerempugan. Di saat banyak ormas dituding meniru gaya militer atau menampilkan wajah represif, FBR memilih jalur berbeda: jalur budaya dan kedaerahan. Gaya khas lokal Betawi dengan keluguan, kelugasan dan kesederhanaannya, yang sempat dicibir “norak” pada awal kemunculannya, justru menjadi ciri khas yang membedakan FBR dari organisasi lain. Gaya ini pula yang menjadikannya dekat dengan rakyat, bukan dengan kekuasaan. Tidak bisa dipungkiri, perjalanan FBR memang tidak selalu mulus. Ada masa ketika cit...

Premanisme Jalanan Dibasmi, Premanisme Berdasi Dibiarkan?

SUARAKAUMBETAWI | Jakarta, – Upaya aparat keamanan dalam menertibkan premanisme jalanan di berbagai sudut Jakarta mendapat apresiasi publik. Ketertiban memang bagian dari hak dasar warga negara. Pasar yang bersih dari pungli, terminal yang aman dari ancaman geng lokal, dan ruang publik yang bebas dari intimidasi adalah hal mendasar dalam kehidupan kota yang beradab. Namun, ketika aparat dengan sigap menangkap pelaku pungli di pasar, menyisir kawasan rawan, dan menertibkan lapak-lapak liar, muncul satu pertanyaan tajam dari benak masyarakat: mengapa negara terlihat begitu tegas kepada preman kecil di jalanan, namun begitu pelan—bahkan gamang—dalam menghadapi premanisme berdasi yang merampok uang negara secara sistemik? Pertanyaan ini bukan tanpa dasar. Di tengah publikasi besar-besaran mengenai razia preman jalanan, masyarakat justru melihat bayang-bayang lain yang tak kalah menyeramkan: korupsi berjamaah di balik proyek-proyek negara, kartel tambang, permainan anggaran sos...

Komisioner BAZNAS (BAZIS) DKI Difasilitasi Mobil Mewah Pakai Dana Umat

SUARAKAUMBETAWI | Jakarta, - Imam Besar Forum Betawi Rempug (FBR) Kyai Lutfi Hakim turut angkat bicara terkait komisioner BAZNAS (BAZIS) DKI Jakarta diguyur Innova Zenix. “Seharusnya, dana atau cuan pembelian 5 unit Innova Zenix itu dikembalikan ke umat. Karena itu bersumber dari dana umat Islam,” ujar Kyai Lutfi Hakim yang merupakan Imam Besar FBR ini, Kamis (17/7/2025). Dijelaskannya, tidak ada aturan ataupun hak bagi para Komisioner BAZNAS (BAZIS) DKI Jakarta untuk mempergunakan dana umat untuk mendapatkan fasiltas wah, apalagi kepentingan pribadi. “Mestinya dibelikan untuk yang bermanfaat bagi umat, misalnya membeli ambulance, membiayai fasilitas kesehatan atau pendidikan dan lain - lain, tidak untuk fasilitas komisioner,” tegasnya. Dikabarkan, lima komisioner BAZNAS (BAZIS) DKI Jakarta sedang dilanda isu tidak sedap, yakni dugaan skandal gratifikasi berupa lima unit Toyota Innova Zenix. Hal ini pun menjadi perbincangan hangat publik, tokoh, aktivis dan penggiat Ibu Ko...